Pamanku menipuku untuk berhubungan seks, membuatku trauma. Petugas mencurigai aku tidak perawan dan menghadapi ayahku. Meskipun mendapat peringatannya, aku mencari bantuan dari petugas, yang mengarah ke pertemuan yang penuh gairah.
Dalam pergolakan tahun ke-18ku, aku mendapati diriku berada dalam situasi yang genting.Pamanku, lelaki dewasa, punya rencana jahat untuk menggodaku ke dalam pertemuan terlarang.Skema jahatnya sama menjengkelkannya dengan sungai yang mengamuk, tapi aku tak berdaya untuk menolaknya.Pemandangan seragamnya, lambang otoritas, hanya menyulut niat liciknya.Seiring dengan memuncaknya ketegangan, seorang polisi, dengan pandangan tajam untuk urusan seperti itu, mencurigai kurangnya pengalamanku.Ia menggali lebih dalam, pertanyaannya semakin menyelidik.Tanpa sepengetahuannya, pamanku punya rencana lain dalam pikirannya.Ia mulai menjelajahku, tangannya menjulur di setiap bingkai bajuku. Sentuhannya memikat sekaligus menakutkan, sebuah tarian di tepi kepolosan.Ruangan itu menjadi sunyi, satu-satunya suara adalah senggama irama gairah kami berdua. Pamanku, seorang veteran berpengalaman dalam seni bercinta, mengambil kendali.Dibimbingnya aku melewati medan yang asing, tangannya yang berpengalaman membimbing tanganku pada tindakan yang paling intim.Ekstasi pengalaman pertamaku membuatku linglung dan bingung, tapi kebanyakan puas.Ketika kecurigaan petugas memudar, begitu juga kenyataan dari apa yang telah terjadi.